Terkadang seorang yang memfavoritkan ustad jatuh
kepada sikap berlebihan. Marah karena ustadznya, benci karena ustadznya, cinta
juga karena ustadznya.
emfavoritkan seorang ustadz itu wajar dan lumrah. Apalagi bila ilmu dan akhlaknya luar biasa. Namun terkadang seorang yang memfavoritkan ustad jatuh kepada sikap berlebihan. Marah karena ustadznya, benci karena ustadznya, cinta juga karena ustadznya.
emfavoritkan seorang ustadz itu wajar dan lumrah. Apalagi bila ilmu dan akhlaknya luar biasa. Namun terkadang seorang yang memfavoritkan ustad jatuh kepada sikap berlebihan. Marah karena ustadznya, benci karena ustadznya, cinta juga karena ustadznya.
Ketika
ustadznya menghukumi untuk meng-hajr (memboikot) seseorang, maka
ia hajr orang tersebut tanpa melihat sebab musababnya dan
tanpa tabayyun terlebih dahulu. Syaikhul Islam ibnu Taimiyah memberi kita
nasehat. Beliau berkata:
فإذا كان المعلم أو الأستاذ قد أمر بهجر شخص، أو بإهداره وإسقاطه
وإبعاده ونحو ذلك، نظر فيه، فإن كان قد فعل ذنبًا شرعيا، عوقب بقدر ذنبه بلا
زيادة. وإن لم يكن أذنب ذنبًا شرعيا، لم يجز أن يعاقب بشيء لأجل غرض المعلم أو
غيره
“Apabila
seorang guru atau ustadz menyuruh untuk menjauhi seseorang atau menghajrnya
atau semisalnya, hendaknya dilihat, bila orang tersebut telah melakukan dosa
secara syariat maka ia diberi sanksi sebatas dosanya saja dan tidak boleh
lebih. Dan bila ia tidak melakukan dosa secara syariat, maka tidak boleh
memberinya sanksi hanya karena mengikuti keinginan guru” (Majmu Fatawa,
jilid 28).
Perhatikanlah
perkataan beliau yang indah ini!
Terkadang
ustadz kita mencela atau mengkritik seseorang, lalu kita ikut mencelanya dan
terkadang menyikapinya bagaikan musuh. Padahal kalaupun misalnya ia salah,
hendaknya diberi udzur terlebih dahulu, mungkin ia jatuh kepada kesalahan
karena kelalaian atau yang lainnya.
Seorang
ustadzpun seharusnya jangan malah membuat semakin besar api permusuhan,
sehingga akibatnya ikhwah pun terkotak kotak bahkan tidak saling
menegur. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu Fatawa jilid
28 berkata menasehati kita:
وليس للمعلمين أن يحزبوا الناس ويفعلوا ما يلقي بينهم العداوة
والبغضاء، بل يكونون مثل الأخوة المتعاونين على البر والتقوي كما قال تعالى: {
وَتَعَاوَنُواْ على الْبرِّ وَالتَّقْوَي وَلاَ تَعَاوَنُواْ على الإِثْمِ
وَالْعُدْوَانِ }8
“Para
guru tidak boleh mengotak-ngotak manusia dan melakukan sikap yang menimbulkan
permusuhan dan kebencian. Tetapi hendaknya mereka bagaikan saudara yang saling
tolong menolong dalam kebaikan dan takwa sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَتَعَاوَنُواْ على الْبرِّ وَالتَّقْوَي وَلاَ تَعَاوَنُواْ على
الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan takwa dan jangan
saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. (QS
Al Maidah: 2)”.
Terkadang
ketika ustadz tidak menyukai seseorang, ia ungkapkan kepada murid-muridnya
sehingga timbul permusuhan dan kebencian. Padahal tak layak ia lakukan
demikian. Tapi hendaknya ia memberi contoh yang baik kepada murid-muridnya
untuk memberi seribu udzur kepada sesama kaum mukminin dan tidak mudah mencela atau
berburuk sangka.
Inilah
nasehat untuk diriku dan ikhwah sekalian. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
tulis komentar mu di sini