Sebuah perangkat baru
yang dikembangkan oleh ilmuwan dari University of the West of England (UWE),
Bristol, Inggris, berhasil mengubah urine atau air seni menjadi energi listrik.
Perangkat yang menyerupai sebuah toilet umum atau tempat kencing ini, saat ini
tengah diuji coba dengan dipasang di Glastonbury festival.
Dilansir dari Science
Daily,
Jumat (15/7/2016), dengan perangkat baru yang dikembangkan ini, urine dapat
diubah menjadi listrik dengan bantuan metabolisme bakteri. Tujuan akhir dari
pengembangan perangkat ini adalah untuk meningkatkan fasilitas sanitasi di
negara-negara berkembang di dunia atau di daerah-daerah di mana keberadaan
pembangkit listrik yang terbatas, seperti kamp-kamp pengungsi.
Salah satu perangkat
ini saat ini dipasang di Festival Glastonbury tahun ini, yakni sebuah festival
musik terbesar di Inggris. Perangkat ini dapat menghasilkan listrik yang cukup
untuk menyalakan tabung lampu LED di sebuah bilik.
“Teknologi dalam prototipe
ini didasarkan pada microbial fuel cells (MFC) atau sel bahan bakar mikroba,
seperti baterai, memiliki anoda dan katoda,” jelas Irene Merino.
Merino merupakan
salah seorang peneliti yang terlibat dalam tim penelitian ini. Pengembangan
perangkat ini merupakan hasil hibah dari Bill dan Melinda Gates Foundation dan
menjadi karya bersama dengan Daniel Sanchez, seorang ilmuwan dari Spanyol.
Sel-sel dipasang di
dalam sebuah wadah atau tabung yang berfungsi untuk mengumpulkan atau menampung
urine. Di dalam wadah ini, bakteri menjajah elektroda anoda dan bertindak
sebagai katalis serta dekomposisi bahan organik dalam air kencing tersebut.
Penguraian pelepasan
proton kedua ini, melalui lintasan dari anoda ke katoda melalui membran
semipermeabel, dan elektron, yang melakukan perjalanan melalui sebuah sirkuit
listrik eksternal. Untuk melengkapi siklus, reaksi reduksi oksigen juga terjadi
di katoda. Proses ini menghasilkan energi yang cukup untuk menyalakan bola
lampu listrik atau tabung lampu LED.
“Proyek kami bertujuan
untuk negara-negara berkembang, dengan maksud untuk meningkatkan atau
menggabungkan fasilitas sanitasi dengan keterbatasan energi. Selain
menghasilkan listrik, sistem ini juga berperan mengurangi kebutuhan oksigen
kimia (COD). Dengan kata lain, perangkat ini juga berfungsi untuk mengobati
urine,” kata Merino menekankan. Untuk sementara, perangkat ini masih didesain
hanya untuk pengguna laki-laki.
Saat ini, bekerjasama
dengan Oxfam dan organisasi lainnya, para peneliti berencana untuk menguji
perangkat ini di India atau di beberapa daerah lain di Afrika. Terutama di
sejumlah kamp-kamp pengungsi, di masyarakat, di sekolah dan di toilet umum
dimana memiliki kemampuan pencahayaan yang kurang.
“Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan
listrik untuk menerangi toilet, dan mungkin juga di luar daerah, di
daerah-daerah miskin, yang dapat membantu meningkatkan keselamatan pengguna
toilet perempuan dan anak-anak, di negara-negara di mana mereka harus
menggunakan fasilitas toilet komunal di luar rumah mereka,” kata Ioannis
Ieropoulos, Direktur Bristol bioenergi Centre (BRL, UWE), yang memimpin
penelitian ini.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
tulis komentar mu di sini