ads

Senin, 20 Juni 2016

Masalah manusia dibidang ekonomi 4

D. Biaya Oportunitas Dalam kehidupan sehari-hari, setiap masyarakat dapat berbeda dalam hal siapa yang menentukan pilihan dan bagaimana p... thumbnail 1 summary

D. Biaya Oportunitas
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap masyarakat dapat berbeda dalam
hal siapa yang menentukan pilihan dan bagaimana pilihan tersebut ditentukan.
Hal ini akan bergantung pada sistem perekonomian yang dianut oleh suatu
masyarakat. Walaupun demikian, kebutuhan untuk memilih berlaku
umum untuk semua masyarakat. Jika kelangkaan mengharuskan adanya
kebutuhan memilih, pilihan secara tidak langsung menandakan adanya
biaya. Artinya, keputusan untuk memproduksi sesuatu lebih banyak
memerlukan keputusan untuk memproduksi sesuatu yang lain lebih sedikit.
Lebih sedikitnya memproduksi sesuatu yang lain dianggap sebagai biaya
memproduksi sesuatu lebih banyak. Dengan demikian, muncullah apa
yang dinamakan biaya oportunitas.
Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus mengatakan bahwa
biaya oportunitas dari suatu keputusan terjadi karena melakukan pilihan
terhadap barang langka dengan mengorbankan barang lain. Biaya
oportunitasnya adalah nilai dari barang atau jasa yang dilepaskan. Sejalan
dengan pengertian tersebut, Lipsey mengartikan biaya oportunitas adalah
biaya yang dikorbankan untuk menggunakan sumber daya bagi tujuan
tertentu, yang diukur dengan manfaat yang dilepasnya karena tidak
digunakan untuk tujuan lain. Dengan kata lain, diukur dengan satuan
barang lain yang seharusnya bisa diperoleh.
Berdasarkan konsep biaya oportunitas tersebut, bahwa dalam
menentukan pilihan banyak sekali kelangkaan memaksa seseorang untuk
mengorbankan aktivitas alternatifnya. Hal tersebut menyebabkan seseorang
kehilangan kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang lain. Misalnya,
Paula adalah lulusan sarjana ekonomi. Di samping sarjana ekonomi,
Paula juga ahli pemrograman komputer. Sebagai ahli pemrograman
komputer, Paula telah digaji sebesar Rp2.000.000,00 per bulannya.
Namun, naluri kewanitaan Paula memutuskan untuk menjadi dosen di
suatu perguruan tinggi negeri. Dengan keputusannya tersebut, Paula telah
kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan sebagai seorang
ahli pemrograman komputer. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh
pendapatan dari bekerja sebagai ahli pemrograman komputer merupakan
biaya oportunitas. Contoh lain, setelah lulus SMA Beti memutuskan untuk
melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi negeri, tetapi Beti memutuskan
untuk bekerja sehingga ia akan mendapat gaji per bulan sebesar
Rp1.000.000,00. Jika ia kuliah, diperlukan biaya untuk SPP, buku-buku,
tugas, uang kos, pakaian, dan biaya lainnya yang semuanya berjumlah
Rp1.500.000,00 per bulan. Jadi, opportunity cost Beti untuk melanjutkan
kuliah adalah sebesar Rp12.000.000,00 (gaji bekerja) selama satu tahun.
Jika tidak bekerja dan melanjutkan kuliah, biaya yang dikeluarkan selama
satu tahun sebesar Rp18.000.000,00 (biaya kuliah).
Keputusan seorang individu untuk bekerja juga berhubungan
dengan sejauhmana ia bersedia mengalokasikan waktu untuk bekerja
dan tidak bekerja.Opportunity cost (biaya kesempatan) dari bekerja adalah
hilangnya waktu untuk tidak bekerja (leisure time) yang dapat digunakan
untuk kegiatan lainnya. Misalnya, berkumpul dengan keluarga, belanja,
bersenang-senang, sebaliknya biaya oportunitas dari tidak bekerja adalah
hilangnya pendapatan.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

tulis komentar mu di sini