Mendisiplinkan anak dengan berteriak bisa berdampak buruk pada
pribadi anak. Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Pittsburgh dan
University of Michigan mengungkap faktanya.
Menurut studi tersebut, jika orangtua kerap berteriak pada
anak-anaknya, mereka akan mengembangkan perilaku buruk akibat reaksi verbal
yang kasar.
“Ini seperti lingkaran setan dan dapat berdampak dua arah, baik
bagi anak dan orangtua. Disiplin lisan yang keras, didefinisikan sebagai
kekuatan psikologis dengan tujuan membuat anak mengalami rasa jera atau
ketidaknyamanan untuk tujuan koreksi atau kontrol perilaku. Nyatanya, hal ini
justru akan mendiskreditkan anak,” ujar penulis studi, Ming-Te Wang.
Sederhananya, kata dia, ketika kita berteriak pada anak-anak
untuk berhenti melakukan hal-hal buruk, hal ini akan membuat mereka merasa
buruk terhadap dirinya sendiri atau terhadap apa yang mereka lakukan.
Wang dan rekan penulisnya, Sarah Kenny, menemukan, disiplin
lisan dengan cara ini dikaitkan dengan meningkatnya tindakan atau perilaku
masalah, peningkatan agresi, serta masalah intrepersonal pada anak-anak.
Teriakan yang agresif, menyebabkan anak-anak merasa ditolak dan
membuat mereka merasa orangtuanya tidak menyukainya. Ini juga menghasilkan efek
negatif pada pandangan anak tentang dunia mereka, keluarga, dan hubungan
sosialnya.
Sayangnya, berubah menjadi orangtua yang hangat setelah
melakukan cara disiplin seperti itu, tidak dapat menghilangkan kerusakan yang
telah terjadi. Hukuman verbal dapat menggerogoti kemauan anak untuk percaya
pada orangtuanya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
tulis komentar mu di sini