ads

Rabu, 10 Agustus 2016

Bumi Datar: Catatan Untuk Pendidikan Dasar di Indonesia

“Apakah kamu percaya dengan Bumi datar? Bisakah kamu menjelaskan supaya saya percaya bahwa Bumi itu bulat seperti yang dikatakan para gur... thumbnail 1 summary
bumi datar atau bulat
“Apakah kamu percaya dengan Bumi datar? Bisakah kamu menjelaskan supaya saya percaya bahwa Bumi itu bulat seperti yang dikatakan para guru di bangku sekolah?”

Itu adalah sebagian kecil pertanyaan yang masuk ke langitselatan. Sebagian lainnya meminta langitselatan untuk memberi tanggapan maupun sanggahan terkait paham yang sedang jadi tren pembicaraan di pertengahan tahun 2016 ini.
Ide atau pandangan bahwa Bumi Datar!
Kaget? Mungkin tidak karena pandangan yang satu ini memang sedang tren dibagikan di dunia maya. Bahkan media massa seperti memperoleh lahan cerita baru sebagai click bait bagi orang-orang yang dengan mudahnya penasaran tentang pandangan yang satu ini.
Hal menarik tentang pandangan Bumi datar bukan pada ide bahwa Bumi datar. Pandangan ini sudah tidak terbukti sejak berabad-abad lampau. Bahkan sejak abad ke-6 SM, bentuk Bumi yang bulat sudah dapat dibuktikan.
Para cendikiawan di masa lampau yang mempelajari gejala alam jelas mengetahui bahwa Bumi itu bulat. Tidak ada keraguan tentang itu. Karena itu pulalah tidak akan ada sesi khusus di langitselatan untuk menyanggah setiap gagasan bumi datar. Apalagi setiap orang bisa membuktikan sendiri apakah Bumi itu datar atau bulat. Bumi bulat sudah kita ketahui sejak SD. Harusnya, sejak saat itu pun kita tahu bagaimana mengetahui Bumi berbentuk bulat dan bukan datar.
Datar ataukah bulat?

Di beberapa grup di media sosial, ada yang meminta supaya diberi penjelasan tentang bentuk Bumi. Tujuannya untuk meyakinkan dirinya agar bisa meyakini kembali kalau Bumi itu bulat. Karena saat ini, bukti yang dipaparkan oleh pandangan Bumi datar telah membuat dirinya meyakini bahwa Bumi tidaklah bulat seperti yang sudah diajarkan di bangku sekolah.
Sebagai penerima informasi, kita seharusnya cerdas untuk mengkaji apakah informasi yang diterima memang sahih atau tidak. Seperti itulah seharusnya seorang pembaca atau penerima informasi yang cerdas. Bukan menelan mentah-mentah kata orang meski ia memiliki label ilmuwan. Para ilmuwan pun melakukan hal yang sama. Mereka tidak percaya kata orang melainkan mempertanyakan segala sesuatu dan melakukan pembuktian lewat eksperimen.
Meminjam istilah Prof. Iwan Pranoto, sains bukan kumpulan mantra sakral yang tabu untuk disangsikan. Dalam sains, kita berhak untuk ragu dan mempertanyakan gagasan yang ada untuk diuji berulang kali sehingga bisa diperoleh penjelasan yang akurat. Perlu diingat, dalam sains tidak ada kepastian ataupun kebenaran mutlak. Selalu saja ada informasi, data maupun pendekatan baru yang bisa digunakan untuk menyanggah atau menguji kembali teori yang ada.
Hal yang sama berlaku untuk bentuk Bumi. Bentuk Bumi yang bulat bukan hafalan yang harus diingat dan diterima begitu saja. Kita perlu mempertanyakan mengapa bisa ada kesimpulan seperti itu. Ketika kita menerima begitu saja informasi yang datang tanpa bertanya, maka kita juga tidak akan mampu memahami bagaimana proses untuk bisa mengetahui bentuk Bumi yang bulat.
Ketika proses mempertanyakan tidak pernah ada, maka seringkali informasi yang diterima diperlakukan sebagai keyakinan yang tidak boleh diganggu gugat atau dipertanyakan. Semua yang bersebrangan pasti salah dan terjadilah usaha untuk mempertahankan ide atau teori yang diyakini tapi tanpa didasari pengetahuan yang benar.
Dan itu bukan prinsip dari sains!
Jika itu terjadi, maka jelas ada yang salah dengan pendidikan kita. Kok bisa?
Pada umumnya, sebagian besar siswa hanya menerima dan menelan informasi tanpa bertanya. Akibatnya pola pikir bernalar tidak terbentuk. Siswa tidak tahu bagaimana proses untuk memperoleh jawaban atau pembuktian dari sebuah gagasan. Percobaan dalam sains itu sangat penting untuk dilakukan. Tanpa adanya pengamatan atau percobaan, hipotesa yang dikemukakan tidak akan bisa dibuktikan. Tanpa proses ini, tidak akan ada berbagai penemuan besar di dunia.. Juga, kita tidak akan bisa memahami berbagai proses yang terjadi di alam semesta.
Siswa harus dibiasakan untuk mempertanyakan segala sesuatu untuk kemudian diuji lewat pengamatan dan percobaan. Pengalaman melakukan proses pengujian tidak saja memberi pemahaman pada siswa tapi sekaligus membangun pola pikir seseorang dalam memecahkan masalah.
Demikian juga dengan kasus bentuk Bumi.  Bentuk Bumi datar dan bulat adalah dua gagasan yang perlu diuji mana yang memang tepat.
Jika bumi itu datar maka kita bisa menemukan bukti bahwa bumi datar. Dan jika bumi bulat maka kita pun harus bisa menemukan bukti di sekeliling kita bahwa Bumi yang kita pijak memang bulat. Pengamatan atau eksperimen berbeda yang dilakukan harus mendukung argumentasi tersebut.
Sejak abad ke-6 SM, bentuk Bumi bulat sudah diketahui.
Keingintahuan bentuk Bumi dimulai dengan hipotesa bahwa Bumi itu datar. Setidaknya itulah perspektif sebagian besar masyarakat yang hidup pada peradaban kuno c. 3500 – 500 SM. Tapi sejarah mencatat sejak abad ke-6 SM, Phytagoras, Anaxagoras, Aristoteles, maupun Erathosthenes bisa menyimpulkan kalau Bumi bulat dari hasil pengamatan benda-benda langit seperti bintang, planet dan Matahari. Maka, hipotesa bahwa Bumi datar pun gugur.
Kepercayaan Bumi datar yang beredar saat ini tidak berawal dari proses pemikiran ilmiah, yaitu dari sebuah hipotesa yang harus dibuktikan, atau bahwa semua gejala yang tampak harus dapat dijelaskan dengan cara ilmiah melainkan dengan cara semua bukti yang dipaparkan dicocok-cocokan agar mendukung teori tersebut. Akibatnya banyak inkonsistensi pada argumentasi yang diberikan dan menampikkan gejala lain yang sudah berulang kali dibuktikan
Maka ketika kita padankan dengan kaidah saintifik, tidak akan ada titik temu dan hanya menyisakan diskusi atau bahkan debat tanpa akhir.
Jika kita menilik pandangan ini dari metode Occam’s Razor, maka kita akan menemukan terlalu banyak asumsi yang dibuat untuk dicocokan demi memperoleh kesimpulan yang dikehendaki tanpa dilatari bukti ilmiah.
Karena itulah, langitselatan tidak akan melakukan sanggahan ataupun counter argument terhadap setiap pandangan Bumi datar tersebut.
Jadi jika para ilmuwan sejak ribuan tahun yang lalu bisa membuktikan bentuk Bumi, maka sekarang adalah giliranmu sebagai orang yang memiliki nalar dan telah mengeyam pendidikan dasar untuk melakukan percobaan untuk membuktikan seperti apa sih bentuk Bumi kita.

Selamat mencoba.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

tulis komentar mu di sini