ads

Rabu, 10 Agustus 2016

Misteri Batu Bezoar, 'Mutiara Manusia' Jimat Para Raja Persia

Dikatakan sebagai ‘air mata rusa yang mengkristal’, yang disematkan dalam emas dan dihiasi dengan perhiasan untuk bertindak sebagai pen... thumbnail 1 summary
Batu bezoar

Dikatakan sebagai ‘air mata rusa yang mengkristal’, yang disematkan dalam emas dan dihiasi dengan perhiasan untuk bertindak sebagai penangkal terhadap semua racun bagi penduduk terkaya dari Eropa dan Timur Tengah.

Namun, asal-usul tentang
 bezoar yang dihias itu jauh lebih mengerikan daripada penampilan mereka. Batu-batu itu adalah produk dari bahan yang dimakan dan dicerna yang membentuk mengelilingi kepingan batu dalam usus hewan, permukaan licin oleh aktivitas di saluran pencernaan.

Nautilus dalam laporannya mengatakan bahwa pada milenium pertama bezoar digunakan oleh dokter Yunani dan Persia dan kemudian menjalar ke Eropa, menjadi komoditas yang populer pada abad ke-16.

Bahkan Ratu Elizabeth I memiliki batu bezoar yang dirangkai dalam bentuk sebuah cincin perak.

Legenda mengatakan bahwa batu-batu ini tercipta melalui kepedihan rusa, yang terbawa melalui air mata setelah makan ular dan menderita saki perut akut.

Ia dianggap bisa menangkal racun, dan biasanya dipakai sebagai jimat atau digiling menjadi bubuk obat. Batu-batu ini sering ditempatkan ke dalam cangkir minum juga, dengan harapan dapat menyerap zat beracun arsenik yang mungkin telah dimasukkan ke dalamnya.





Batu
 bezoar dapat ditemukan di dalam usus berbagai hewan, termasuk rusa, kijang, kambing, lembu, landak, dan llamas (keluarga unta), dan kadang-kadang, manusia.

Karena batu terperangkap di dalam saluran pencernaan, mereka menjadi dilapisi dengan lapisan kalsium dan magnesium fosfat dari dalam usus. Proses ini mirip dengan pembentukan mutiara, otot yang mengkerut dan rileks dalam gerakan peristaltik, membuat batu-batu tersebut licin rata.

Pelapisan fosfat dan produk-produk pecahan yang mengandung sulfur dari rambut diyakini mampu menyerap arsenik.

“Pada zaman kuno, bezoar dari hewan dianggap memiliki sifat obat dan magis, dan mereka dianggap sebagai penangkal untuk berbagai racun dan penyakit,” menurut sebuah makalah yang diterbitkan pada Gastroenterology & Hepatology.

Namun akhirnya, orang-orang skeptis menempatkan ide tersebut untuk pengujian, dan menemukan bahwa mereka bukan obat segala obat untuk racun seperti yang dipikirkan.

Salah satu contoh ini dapat dilihat dalam percobaan ahli bedah Ambroise Paré abad ke-16. Dikisah seorang juru masak di istana raja telah tertangkap mencuri perak halus dan dijatuhi hukuman mati dengan digantung. Sebagai alternatifnya, juru masak diberikan kesempatan untuk menerima racun dan diikuti oleh bezoar sebagai penangkal potensial di bawah pengawasan Paré.

Menurut para penulis, diituturkan telah dilakukan kesepakatan bahwa jika si juru masak selamat dari racun, hidupnya akan bebas dari hukuman. Namun juru masak itu hidup hanya dalam waktu 7 jam, sehingga Paré menyimpulkan bahwa batu bezoar tidak bisa menyembuhkan segala racun.

Pada abad itu sampai berikutnya, penggunaan bezoars berkurang, dan di tahun 1800-an, para ilmuwan menemukan jenis obstruksi (gangguan) pada manusia untuk pertama kalinya, menemukan itu dapat menyebabkan borok, pendarahan, dan infeksi rongga perut.

Bezoar Gangguan Serius Pada Manusia Masa Kini

Dalam beberapa tahun modern, banyak perawatan telah muncul untuk menyingkirkan kondisi medis yang serius ini.

Salah satunya adalah penggunaan gelombang kejut energi tinggi untuk memecahkannya. Atau, mereka dapat dihancurkan menggunakan jet air, laser pemicu ‘ledakan mini’, atau suntikan langsung dari zat-zat yang dapat menghancurkan mereka.

Salah satu zat yang digunakan untuk ini adalah Coca-Cola, bersama dengan enzim dari pepaya dan nanas, selulase, dan N-asetilsistein. Kadang-kadang, bezoars harus diangkat melalui pembedahan.


Tidak ada komentar

Posting Komentar

tulis komentar mu di sini